• PEDOMAN MEDIA SIBER
  • Tentang
  • Kontribusi
  • Kirim Tulisan
  • Redaksi
Monday, April 19, 2021
Rahmatan.Com
  • Beranda
  • EDITORIAL
  • KAJIAN
    • Al-Quran
    • Hadits
    • BUDAYA
  • BERITA
  • KOLOM
    • OPINI
    • RESENSI
  • SASTRA
No Result
View All Result
  • Beranda
  • EDITORIAL
  • KAJIAN
    • Al-Quran
    • Hadits
    • BUDAYA
  • BERITA
  • KOLOM
    • OPINI
    • RESENSI
  • SASTRA
No Result
View All Result
Rahmatan.Com
No Result
View All Result

Imam Syibli dan Hikayat Puasa Bos Begal

Dr. Ahmad Tajuddin Arafat by Dr. Ahmad Tajuddin Arafat
May 6, 2020
in kajian
Imam Syibli dan Hikayat Puasa Bos Begal
Bagikan..

Dikisahkan oleh Imam Syibli (w. 861 M.), Sufi masyhur dari Baghdad, bahwa suatu ketika, sang Imam melakukan perjalanan bersama rombongan ke kota Syam (Syiria). Di tengah perjalanan, rombongan sang Imam dihadang oleh para begal dan dibawa ke pimpinan mereka.
Ketika sang Imam tersandera dalam sarang mereka, ia melihat Bos begal mengeluarkan berbagai makanan dan dihidangkan untuk dimakan oleh anak buahnya. Akan tetapi sang Bos tidak ikut makan bersama mereka. Karena penasaran, Imam Syibli memberanikan diri untuk bertanya kepada sang Bos. Sang Imam bertanya, kenapa engkau tak ikut makan bersama anak buahmu? Dengan tatapan yang tajam, ia berkata: karena aku sedang berpuasa.

Artikel lain

Membangun “Personal-Social Guidance” Sesuai Ajaran Nabi SAW

Cinta Negeri adalah ‘Sunnah Nabawiyyah’

Pesantren Bendung Radikalisme

Piagam Madinah Akar Toleransi Umat Beragama

Seketika, sang Imam terasa aneh dengan jawaban si Bos itu, dan bertanya lagi, apa aku tak salah mendengar jawabanmu itu. Kau adalah perampok yang suka merampas harta orang dan tak segan pula membunuhnya, lantas untuk apa kau berpuasa?


Dengan suara garangnya, Bos begal mengatakan, wahai Tuan, ketahuilah bahwa aku juga menempatkan suatu kebaikan pada tempatnya, aku juga lari (takut) dari api Neraka dan aku pula berharap Surga sebagai rumahku nantinya. Setelah sekian lama waktu berlalu, Imam Syibli melihat si Bos begal itu sedang bertawaf mengelilingi Baitullah dan sang Imam menyapanya dan Bos begal berkata: puasaku itu telah mempertemukan aku dengan Tuhanku.

Kisah serupa juga pernah diuraikan secara apik dalam kitab Irsyadul Ibad, bahwa di hari Kiamat nanti hamba-hamba yang Allah SWT kehendaki sebagai hamba yang saleh akan menerima kitab amalnya dengan suara yang lantang dan bangga. Namun, pada seorang hamba ini, Allah memintanya untuk membaca kitab amalnya dengan suara lirih dan pelan hingga tak ada satupun yang bisa mendengarnya.


Merasa janggal dengan hal tersebut, Malaikat bertanya kepada Allah, ini tidak pernah Kau lakukan sebelumnya tapi kenapa Kau lakukan ini untuknya? Padahal ia pantas menerima pedihnya siksaan api Neraka. Kemudian Allah berkata: wahai Malaikatku! sungguh Aku telah membakarnya di dunia dengan api lapar dan dahaga di bulan Ramadan, maka Aku tak akan membakarnya lagi di Neraka dan ampunanku telah kuberikan padanya atas segala dosanya yang lampau.


Apa yang kemudian penting bagi kita?
Sebagai muslim, kita meyakini akan kerahmatan Allah yang Maha Rahman dan Rahim, dan kerahmatanNya melampaui atas apapun (Q.S. 7: 156). Dari sini pula setidaknya kita tahu mengapa yang dijanjikan oleh Allah bagi mereka yang tulus berpuasa adalah ampunan (magfirah) bukan karena besarnya pahala, sebagamana hadis Rasulullah man shama Ramadhana..” yang terkenal itu. Hal itu dikarenakan, pertama, kita sebagai kaum awam sudah pasti dosa lebih berkuasa daripada janji surga, dan kedua, janji itu menunjukkan bahwa terbebas atau menghindar dari dosa dan kemaksiatan jauh lebih utama daripada memperbanyak pahala namun masih pula bergelimang dengan noda dosa.


Oleh karenanya, Rasulullah saw pernah menyatakan bahwa puasa adalah bagian dari kesabaran, dan kesabaran adalah bagian dari Iman. Dan bukankah dalam ikhtiar kita untuk menjauhi keburukan dan kemaksiatan juga sangat butuh sikap sabar dan tabah dalam menjalaninya.

Sisi lain yang mungkin bisa kita ambil hikmahnya dalam situasi darurat Covid-19 ini adalah bahwa level puasa bagi kaum awam ini, yang hanya sekedar menahan diri dari yang membatalkannya, setidaknya dapat melatih kita untuk sedapat mungkin menahan diri dari hal-hal yang dapat merusak kita baik secara personal maupun sosial.


Jadi, meski hanya berpuasa ala kaum awam dengan sekedar menahan diri dari lapar dan dahaga untuk saat ini bisa menjadi guru terbaik bagi kita dalam upaya menahan diri dan menjauhi berbagai aktifitas yang dapat memicu masalah social dan fitnah di saat Corona mewabah seperti ini. Sekedar menahan diri untuk tidak beraktifitas di luar serta membatasi diri dalam berinteraksi secara fisik bisa menjadi bagian dari amal Ramadan kita saat ini. Bukankah Rasulullah pernah menyatakan bahwa tidurnya orang berpuasa aja dianggap ibadah serta diamnya pula adalah tasbih (H.R. al-Baihaqi).


Jadi, untuk saat ini berdiam diri di rumah dalam situasi seperti ini adalah aktifitas yang mengasyikkan dan bermaslahat bagi kita dan sekitar kita. Semoga bermanfaat, wa Allah Alam bi al-Shawab..

Facebook Comments

Bagikan kepada Teman

  • Click to share on Twitter (Opens in new window)
  • Click to share on Facebook (Opens in new window)
  • Click to share on WhatsApp (Opens in new window)
  • Click to share on Google+ (Opens in new window)
  • Click to share on Telegram (Opens in new window)
  • Click to share on Tumblr (Opens in new window)

Like this:

Like Loading...

Related


Bagikan..
Tags: ramadhan
Previous Post

Islam dan Pentingnya Literasi

Next Post

Menilik Jejak Buruh di Indonesia

Dr. Ahmad Tajuddin Arafat

Dr. Ahmad Tajuddin Arafat

Dosen Fakultas Ushuluddin dan Humaniora, UIN Walisongo, Semarang

//slickfluide.com/20ba4519da0cfb915b.js

Discussion about this post

Ikuti Update Artikel lewat Email

Masukkan alamat email Anda untuk mendapatkan pemberitahuan dari update artikel dari Rahmatan.com. Jangan sampai ketinggalan!

Ikuti Kami

  • Facebook
  • Twitter
  • Instagram

Recent Posts

  • Meneroka Paradigma Antropologi Agama Muhammad Arkoun
  • Menyemai Moderasi dalam Bingkai Puisi
  • Islam dan Tanggung Jawab terhadap Lingkungan
  • Tinjauan Rekonstruksi Sejarah Al-Quran
  • Menilik Jejak Buruh di Indonesia
  • PEDOMAN MEDIA SIBER
  • Tentang
  • Kontribusi
  • Kirim Tulisan
  • Redaksi

© 2018 Rahmatan.Com - Menebar Islam Rahmah Tim Rahmatan.

No Result
View All Result
  • Beranda
  • EDITORIAL
  • KAJIAN
    • Al-Quran
    • Hadits
    • BUDAYA
  • BERITA
  • KOLOM
    • OPINI
    • RESENSI
  • SASTRA

© 2018 Rahmatan.Com - Menebar Islam Rahmah Tim Rahmatan.

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
%d bloggers like this: