Agama Islam bukan agama yang individualistik. Islam tidak sekedar menyelamatkan diri sendiri dari jeratan api neraka. Akan tetapi, Islam bertanggung jawab atas terselenggaranya wujud kelestarian dunia.
Dalam banyak kasus, manusia cenderung mengeksploitasi alam demi kepentingan dirinya. Penggundulan hutan, pengerukan tanah, bahkan pembuangan bahan berbahaya demi meraup sejumlah harta menjadikan sinyal berbahaya bagi kelestarian alam dunia. Bahkan National Geographic Indonesia mencatat kalau di masa sekarang keseimbangan dunia sudah jauh bergeser. Hal ini menjadikan ancaman langsung bagi makhluk hidup di dalamnya.
Lautan telah menjadi spons yang menyerap emisi karbon di sekitarnya. Sehingga setengah lautan (20-50%) di wilayah Atlantik, Pasifik, dan Samudra Hindia terkena dampaknya. Selain itu, adanya ancaman dari sirkulasi laut global juga berbuntut pada perubahan suhu dan salinitas.
Giddens (2001) menyebutkan bahwa peradaban modern menjadi ancaman tersendiri. Ketika manusia dihadapkan pada pengelolaan alam, realita yang sering dihadapi adalah berbagai bentuk kerusakan yang menyeluruh. Lebih lanjut, Giddens menyebutkan jika peradaban materialisme tidak bisa lagi diteruskan, sehingga harus diganti dengan pandangan baru yang mendasari perubahan zaman.
Atas dasar itu, Islam bisa ikut serta menggerakan kebijakan dunia. Sebagai landasan berpikir, Islam mempunyai Al-Qur’an dan Hadits serta beberapa pemikiran ulama terdahulu untuk menjaga lingkungan sekitar. Selaras dengan itu, kandungan Al-Qur’an sendiri menurut para sarjana 3,5% berkutat pada masalah ibadah seperti sholat, haji, zakat, dan berbagai ibadah wajib lainnya. Selebihnya Al-Qur’an membahas tentang kasih sayang Tuhan terhadap makhluknya. Oleh karenanya, secara tidak langsung Allah ingin mencontohkan tatanan kehidupan yang sejati dengan saling mengasihi.
Tidak hanya sebatas mengasihi terhadap sesama manusia, namun juga mengasihi seluruh makhluk Tuhan, termasuk menjaga kelestarian lingkungan. Dalam Surat Al-Baqarah ayat 22 jelas disebutkan Allah tugas manusia untuk mengelola alam.
“Dialah yang menjadikan bumi sebagai hamparan bagimu dan langit sebagai atap. Dia menurunkan air hujan dari langit lalu Dia menghasilkan dengan hujan itu segala buah-buahan sebagai rezeki untukmu. Karena itu janganlah kamu mengadakan sekutu-sekutu bagi Allah, padahal kamu mengetahui.”
Allah telah menyediakan segalanya bagi manusia. Alam sebagai entitas kehidupan, selalu memberikan hasilnya untuk menyumbang umur manusia. Sandang, pangan, papan telah disediakan, dan kini diamanahkan kepada manusia untuk menjaganya. Maka jika manusia tidak mampu menjaga alam, berarti dirinya telah mengingkari amanah yang diberikan Tuhan.
Alam adalah aset, yang keberadaannya harus terus menerus dijaga. Konsekuensinya, manusia dituntut untuk bersyukur dan melestarikan alam untuk kepentingan seluruh makhluk. Alam dan lingkungan membutuhkan tangan-tangan baik untuk terus tumbuh dan berkembang, yang pada akhirnya siap dimanfaatkan.
Ketika aset yang dititipkan Allah swt tidak dijaga, maka kenikmatan tersebut akan berbalik menjadi bencana yang menyeramkan. Banjir, tanah longsor, dan berbagai benacana alam lainnya akan silih berganti menerjang kehidupan manusia. Wujud bencana ini sejatinya menertibkan lingkungan yang sudah porak poranda akibat ulah manusia. Namun bencana yang terjadi juga ikut membawa duka yang mendalam bagi keberlangsungan kehidupan manusia.
Islam telah memberikan penggambaran kerusakan alam yang terjadi di muka bumi. Seperti pada Surat Al-Qomar :11, Ar-Rahman :37, Al-Haqqah: 16, Al-Ma’arij: 8, Al-Mursalat: 9, An-Naba’: 19, dan At-Takwir :11. Ayat-ayat tersebut menggambarkan bagaimana bahaya perusakan alam akibat ulah manusia. Selain itu, pemanasan global yang belakangan ini sering terjadi, juga disebabkan ulah tangan manusia. Ayat-ayat tersebut telah menggambarkan secara jelas bagaimana kehidupan manusia saat itu.
Walaupun keadaan tersebut telah digambarkan Tuhan, tidak sepantasnya manusia terus berpasrah dan melakukan perusakan-perusakan secara terus menerus. Sebisa mungkin dirinya menjadi penyelamat atas terwujudnya kehidupan yang cemerlang. Karena walau bagaimanapun, alam yang terjaga akan sangat bermanfaat bagi kehidupan manusia.
Pada dasarnya alam telah bekerja sesuai perintah Tuhannya. Sehingga kerja alam akan senantiasa menyesuaikan manfaat yang akan diberikan manusia. Maka jika ingin memperbaiki alam, strategi yang paling tepat adalah memperbaiki kualitas umat manusianya. Jika manusia telah bergerak untuk melindungi alam, takdir Tuhan akan menyesuaikan kemudian. Kehendak Allah juga berdasarkan usaha manusia (Q.S. Ar Ra’d: 11).
Manusia yang hidup sebagai komunitas, dapat memanfaatkan peran sebagai makhluk sosial. Membangun gerakan serentak untuk pelestarian alam. Menjaga yang sudah ada, merawat yang sedang berkembang, serta menanam benih-benih kelestarian. Biarkan prinsip amar ma’ruf terus berkembang, dengan menyeru pada upaya pelestarian alam. Sedangkan prinsip nahi munkar digunakan sebagai penyergap rasa takut manusia atas kehancuran alam.
Jihad atas pelestarian alam merupakan jihad yang utama. Diperlukan kerja realistis yang menghasilkan hasil yang nyata. Sudah cukup banyak kita mendengar upaya-upaya pelestarian alam, yang sampai sekarang belum menemui hasil yang memuaskan. Permasalahannya adalah tidak adanya kesatuan misi untuk ikut serta melestarikan alam.
Walhasil, Islam bisa dijadikan kerangka persatuan misi atas budaya pelestarian alam. Prinsip rahmatan lil alamin bisa dijadikan pijakan oleh seluruh umat untuk bersama-sama membangun kelestarian. Peran ulama dengan berbekal kharismanya bisa mendorong umat untuk memiliki kepedulian terhadap kelestarian alam dan lingkungan.
Subcribe untuk berlangganan artikel selanjutnya.