Entah kesambet apa, Rocky Gerung, seperti biasa, melambungkan wacana sesuai kadar pikirannya sendiri. Bersama Hersubeno, Rocky Gerung mengulik kekhawatirannya yang salah alamat ketika menghubungkan tragedi “islamophobia” yang melanda muslim di India dalam sebuah obrolan ngalor ngidul bertajuk India adalah Contoh Mengerikan Bahayanya Islamophobia, Pemerintah Kok Gak Sadar Juga dengan kondisi keberagamaan di Indonesia, khususnya bagaimana pemerintah memperlakukan Islam.
Kenapa disebut obrolan ngalor ngidul? Ya karena memang topik yang diajukan seenaknya sendiri, alias tak bertema sebagaimana biasanya seminar-seminar kampus yang fokus memecahkan persoalan itu. Disebut ngalor ngidul karena mereka berdua tidak fokus membahas persoalan secara mendalam, mereka hanya menyentil persoalan di permukaan alias kasak-kusuk, khas metode analisis filosof apkiran yang jadul bin gedabul.
Loh, siapa yang menghina, kan cuma menyesuaikan dengan kapasitas mukhattab yang masyhur dengan terminologi “dungu”nya, yang dianggap sebagai tamsil yang ditujukan kepada siapa pun lawan debat terkecuali Mas Budiman Sudjatmiko, yang sepertinya Si Rocky enggan atau mengkerut didebat oleh aktivis 98 ini. Mungkin. Mungkin loh ya. Untuk kepastiannya bisa dikonfirmasikan kepada yang bersangkutan.
Kenapa berkesimpulan Rocky Gerung ngelantur alias tidak berpijak pada, apa yang sering disebutnya sebagai, akal sehat? Kita tidak perlu menjelenterehkan argumen ilmiah yang berdasarkan artikel jurnal internasional mutakhir, karena sepertinya beliau juga sudah tidak memperbaharui perbendaharaan bacaannya sehingga sampai keseleo seperti itu hingga menyebut Indonesia masuk dalam kubangan islamophobia. What? Beneran ini keluar dari mulut “profesor” akal sehat?
Kengawuran Rocky, Kedunguan Rocky?
Kesimpulan ngawur bahwa Indonesia dalam darurat Islamophobia barangkali lebih dikarenakan ketidaktahuannya hal-hal prinsipil dalam Islam karena kita tahu Rocky sendiri kelamin agamanya tidak pernah ia deklarasikan secara jelas, alias berada pada wilayah abu-abu. Atau bisa jadi karena dia sedang memiliki ghirah yang meletup-letup mempelajari agama Islam hingga melakukan pembelaan yang menjungkalkan dirinya pada kebingungan yang nyata. Maklum aja, orang kalau lagi kesemsem memang seringkali melakukan pembelaan di luar akal sehatnya.
Begini lho, Rocky Gerung, aktivitas keagamaan Islam mana yang dilarang oleh pemerintah Indonesia? Haji? Umroh? Ibadaha apa yang tidak diperbolehkan? Pasca pandemi melandai, dua aktivitas keagamaan yang sempat vakum pada dua tahun pandemi telah digelar dengan khidmat oleh Kementrian Agama. Memang, dulu, ketika akhirnya ada peniadaan haji dan umroh saat pandemi merebak hebat, Indonesia—yang tentunya merujuk pada kemaslahatan global menghadapi pandemi—tidak mengirimkan jamaah untuk menunaikan ibadah yang mengumpulkan ratusan ribu manusia dari seluruh penjuru dunia.
Tapi, tentu, hal tersebut bukanlah yang membuat Rocky Gerung dan Hersubeno berkesimpulan bahwa pemerintah Indonesia telah melarang niat suci para tamu Allah di masa pandemi, karena sebagian dari orang-orang yang menolak vaksin sempat berkilah bahwa « kita tidak takut virus, takut hanya kepada Allah ». Jika Rocky juga berpikiran seperti ini, maka sebaiknya dia memeriksakan nalar logisnya pada Vicky Prasetyo saja. ?
Selain itu, coba deh cek aktivitas keagamaan Islam apa yang dilarang di Indonesia, saat ini? Yang ada justru pelarangan pembangunan gereja di Cilegon, yang baru-baru ini menyedot perhatian publik, tapi sepertinya sama sekali tidak menginspirasi Hersubeno dan Rocky untuk sekadar membikin konten video di channelnya itu.
Di tulisan yang mencoba berakal sehat ini, tidak perlu beberkan kenapa pada akhirnya Rocky menarik kesimpulan itu “tak lain-tak bukan” karena ingin memenuhi hasrat intelektualisme yang mulai tidak mendapatkan asupan ilmiah yang sebenarnya karena dia telah masuk dalam jurang fanatisme pada apa yang sudah terlanjur dianggap benar.
Bisalah disebut bahwa klaim tak berdasar Rocky Gerung tersebut sangat mengingkari akal sehat—yang sudah lama didengungkannya sendiri. Karena, pada dasarnya, akal sehat itu mestinya disusun berdasarkan fakta dan silogisme yang, tidak hanya kuat, tapi juga tepat dan kontekstual sebagaimana hal tersebut harusnya diucapkan. Kalau tidak tepat dan tidak pula kontekstual, maka jangan heran jika fakta dan silogisme yang diudarkan oleh Rocky Gerung adalah hanya berupa penggiringan opini khas “buzzer”, sebutan yang sering dikecam oleh dirinya sendiri.
Tentu, masih berhusnudzdzan dengan Rocky, kali ini dia membuzzerkan diri bukan pada oposisi, tapi pada pikirannya sendiri. Ya dia tunduk pada otoritas pemikiran lamanya yang terlanjur menempatkan dirinya sebagai oposisi utama atas segala hal yang dilakukan oposannya. Apa benar Rocky tunduk pada otoritas lamanya hingga enggan mengkritik dirinya sendiri? Tanyakan pada Rocky, eh rumput yang bergoyang. Karena, apa toh yang lebih membahagiakan dibanding membahagiakan asumsi kita tentang sesuatu? Benar kan Rocky?
Subcribe untuk berlangganan artikel selanjutnya.